A. Pengertian
Menurut
FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet. Bolus adalah
tablet besar yang digunakan untuk obat
hewan besar.
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng,
bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk
khusus ini dimaksudkan untuk menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan
agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna
kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah
pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Etiket pada tablet harus mencantumkan
nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat )
tiap tablet.
a. Tablet
cetak
b. Tablet
kempa.
a. Tablet
cetak
Dibuat dari bahan
obat dan bahan pengisi umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa dalam
berbagai perbandingan. Massa
serbuk dibasahi dengan etanol prosentase
tinggi . Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi
dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab
ditekan dengan tekanan rendah ke dalam
lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak
rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak
tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
b. Tablet
kempa
Dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak ( pewarna
diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang diizinkan,
bahan pengaroma dan bahan pemanis.
Tablet
triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silendris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
Tablet
hipodermik adalah tablet cetak yang
dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril
dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
Tablet
Sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau
jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
Tablet
bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Tablet
effervesent yang larut dibuat dengan cara dikempa;
selain zat aktif, juga mengandung campuran
asam (asam sitrat, asam tartrat)
dan Natrium bikarbonat, yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon
dioksida ; disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan
lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan.
Tablet
kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotik
tertentu. Dibuat dengan cara dikempa,
umumnya menggunakan manitol, sorbitol
atau sukrosa sebagai bahan pengikat
dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa.
Dibedakan menjadi
2 ( dua ) bagian.
a. Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut.
Ovula pengobatan pada infeksi di vagina.
b. Bekerja sistemik : per oral.
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1) Yang bekerja short acting ( jangka
pendek ), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet.
2) Yang bekerja long acting ( jangka
panjang ) dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Long acting ini dapat
dibedakan lagi menjadi:
a) Delayed action tablet ( DAT )
Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena
pembuatannya sebagai berikut : Sebelum dicetak, granul-granul dibagi dalam
beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut
dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga
disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua,
demikian seterusnya, tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja
obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru
dicetak.
b) Repeat action tablet ( RAT )
Granul-granul
dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti ( core tablet ). Kemudian granul-granul
yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekelilingnya kelompok pertama
sehingga terbentuk tablet baru.
Macam-macam
tablet salut :
a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee ), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung
serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium
dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut
gula adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar
bobot tablet.
Tahapan pembuatan salut gula :
1) Penyalutan dasar ( subcoating )
Dilakukan jika
tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating
syrup tidak masuk ke dalam tablet.
2)
Melicinkan (smoothing)
Adalah proses
agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup.
3)
Pewarnaan (coloring)
Dilakukan dengan
memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.
4)
Penyelesaian (finishing)
Proses terakhir
dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir
yang licin.
5)
Pengilapan (polishing)
Yaitu proses yang
menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera.
b. Tablet salut selaput (film coated tablet / fct), disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil
selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat ftalat
dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air.
c. Tablet salut kempa : Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang
terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan
zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali
bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Tablet ini sering
dipergunakan untuk pengobatan secara repeat action.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet), (tablet lepas-tunda) jika obat dapat rusak
atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung,
diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai
tablet melewati lambung.
e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek
pengulangan dan lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi
zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara,
kelembaban atau cahaya,
b. Menutupi
rasa dan bau yang tidak enak,
c. Membuat
penampilan lebih baik dan menarik
d. Mengatur
tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. misalnya enteric tablet yang pecah
di usus.
a. Tablet biasa / tablet telan
: dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di
lambung
b. Tablet kunyah (chewable
tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya dikunyah dulu dalam mulut
kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit.
c. Tablet hisap (lozenges,
trochisi, pastiles) : adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma, dan manis, yang membuat tablet
melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan cara
tuang ( dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau
sorbitol ) disebut Pastilles atau
dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebut Trochisi. Dihisap di dalam rongga mulut,
digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan.
Umumnya mengandung antibiotik, antiseptik, adstringensia.
d. Tablet larut (effervescent
tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon ,
Supradin Effervescent tablet.
e. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih,
steril dan bersi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek
kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat
khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) : tablet steril, berat
umumnya 30 mg, larut dalam air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air
untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ).
g. Tablet bukal (buccal tablet)
h. Tablet sublingual
i. Tablet vagina (Ovula)
C. Komponen Tablet
Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (
bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut )
yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis.
1. Zat aktif harus
memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope
2. Bahan
excipient / bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi
untuk memperbesar volume massa
agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya
sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa,
pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati,
pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa
mikrokristal dan povidon sambung-silang
d. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant) berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya senyawa asam stearat
dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi
dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi
kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih
tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya
serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya
Silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent) : lihat di atas pada jenis bahan
penyalut
3. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat
khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk
tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
D. Cara Pembuatan Tablet
Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk,
tidak dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan
ambyar dan mudah pecah tabletnya. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi
granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat
satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi .
Tujuan
granulasi adalah sebagai berikut :
1. supaya sifat alirnya baik
(free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam
jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2. ruang udara dalam bentuk
granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam
volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah.
3. pada saat dicetak, tidak mudah
melekat pada stempel (punch) dan
mudah lepas dari matris (die)
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung
butiran-butiran serbuk lembut / halus (fines)
antara 10 % – 20 % yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin
rol atau mesin slag) dan kempa langsung.
Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan
atau kemampuan kempa.
Granulasi
basah,
Dilakukan dengan
mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai homogen, lalu
dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna.
Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada
suhu 400 - 500 C ( tidak lebih dari 600 C ) . Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin / lubrikan dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.
Cara granulasi
basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama dibanding
cara granulasi kering.
Granulasi kering / slugging / pre compression,
Dilakukan dengan
mencampurkan zat khasiat , zat pengisi dan zat penghancur , bila perlu
ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu
dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan.
Keuntungan, tidak diperlukan panas dan
kelembaban dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana.
Kerugian, menghasilkan tablet yang
kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah.
Cetak/kempa langsung, dilakukan apabila:
1. jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. zat khasiatnya mempunyai sifat
alir yang baik (free-flowing)
3. zat khasiatnya berbentuk kristal
yang bersifat free-flowing
Bahan pengisi
untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering,
sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati
termodifikasi. Misalnya tablet
Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.
E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
1. Binding : kerusakan tablet
yang disebabkan massa
yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking / picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah
yang disebabkan permukaan punch tidak
licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, massanya basah.
3. Whiskering : terjadi karena
pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi
pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada
penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan
bubuk.
4. Spliting/caping
Spliting :
lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Caping :
membelahnya tablet di bagian atasnya
Penyebabnya adalah
:
a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.
b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu
banyak mengandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar.
c. Tenaga yang diberikan pada
pencetakan tablet terlalu besar, sehingga udara yang berada di atas massa yang akan dicetak
sukar keluar dan ikut tercetak.
d. Formulanya tidak sesuai
e. Die dan punch tidak rata
5. Motling : terjadi karena
zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling : tablet menjadi
retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan
zat pengikatnya kurang.
F. Syarat - Syarat Tablet Menurut FI. ed.III dan FI. ed. IV
1. Keseragaman
ukuran ( FI.ed. III )
Diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.
2. Keragaman
bobot dan keseragaman kandungan (FI ed. IV)
Keseragaman bobot
ditetapkan sebagai berikut ( FI.ed.III )
:
a. Ditimbang 20 tablet dan
dihitung bobot rata-ratanya.
b. Jika ditimbang satu per satu ,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom " A " dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom " B ".
c. Jika perlu dapat diulang
dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom " A "
maupun kolom " B " .
Bobot rata-rata tablet
|
Penyimpangan
bobot rata-rata dalam %
|
|
A
|
B
|
|
< 25mg
|
15
|
30
|
26 – 150 mg
|
10
|
20
|
151 – 300 mg
|
7,5
|
15
|
> 300 mg
|
5
|
10
|
Tablet harus
memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari
tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan.
Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan
jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut
gula.
Oleh karena itu,
umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat
aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot
sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya
dilakukan pada tiap tablet. ( FI.ed.IV )
3. Waktu
hancur dan disolusi, ( FI. ed. III dan FI ed. IV )
Alat :
tabung gelas
panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter
dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah
dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4 ,
berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca,
diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 360 - 380
sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan
teratur. Kedudukan pada kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di atas
permukaan air dan kedudukan terrendah, mulut keranjang tepat di bawah permukaan
air.
Cara bekerjanya :
Masukkan 5 tablet
ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas
kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan
kelima tablet tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit menit untuk
tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu,
kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan
pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.
Waktu hancur tablet salut enterik :
Lakukan pengujian
waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, air diganti
dengan lebih kurang 250 ml asam klorida ( HCl ) 0,06 N. Pengerjaan dilakukan
selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci
segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH.6,8, atur
suhu antara 360 dan 380 , celupkan keranjang ke dalam
larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian
tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika
tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram
penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat di atas.
Waktu hancur
penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang
harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa
jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.
Untuk obat yang
kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti dari pada uji
waktu hancur.
Cakram penuntun :
Terdiri dari
cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2
mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarang
masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat, tiap lubang terdapat kasa kawat
tahan karat, diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan
dihubungkan dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis sama, diameter
27 mm. Jarak cincin penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antara
diameter cakram penuntun dengan diameter keranjang dalam sebaiknya antara 1 mm
dan 2 mm. Bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 gram dan tidak lebih dari
2,1 gram. Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada
waktu hancur tablet , waktu yang
diperlukan untuk menghacurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
4. Kekerasan
tablet. ( FI. ed.III )
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan
tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu
hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness tester.
5. Keregasan
tablet ( Friability )
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet
diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada
waktu tablet akan dilapis ( coating ). Alat yang digunakan disebut Friability tester.
G. Implants / Implan
Implan
atau
pelet adalah sediaan dengan massa padat steril
berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara
pengempaan atau pencetakan.
Implan dimaksudkan
untuk ditanam di dalam tubuh (subkutan)
dengan tujuan memperoleh pelepasan
obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus (tracor) atau dengan sayatan bedah. Implan biasanya
mengandung hormon seperti testosteron atau estradiol yang dikemas
dalam vial atau lembaran kertas timah steril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar