A. Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan
sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe
larutan sebagai berikut :
1.
Larutan encer, yaitu larutan
yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2.
Larutan, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3.
Larutan jenuh, yaitu larutan
yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan
dan temperatur tertentu.
4.
Larutan lewat jenuh, yaitu
larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya
di dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent,
sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai adalah :
1.
Air untuk macam-macam garam
2.
Spiritus , misalnya untuk
kamfer, iodium , menthol.
3.
Gliserin, misalnya untuk
tannin, zat samak, borax, fenol.
4.
Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5.
Minyak, misalnya untuk
kamfer dan menthol.
6.
Parafin Liquidum, untuk
cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7.
Eter minyak tanah , untuk
minyak-minyak lemak.
B.
Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1.
Sifat
dari solute atau solvent.
Solute yang polar akan larut dalam
solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Solute yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa
(umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.
2.
Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan
kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut. Misalnya Luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau solutio petit
3.
Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit
pelarut , zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
a.
Dapat larut dalam air.
§ Semua garam klorida larut ,
kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
§ Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi
subnitras.
§ Semua garam sulfat larut, kecuali
BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
b.
Tidak larut dalam air.
§ Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3,
Na2CO3, (NH4) 2CO3.
§ Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2.
§ Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4,
Na3PO3, (NH4)3PO4
4.
Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila
suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada
proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas à Larutan
Beberapa zat yang lain justru kenaikan
temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm,
karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut +
pelarut à Larutan +
panas
Contoh : K2SO4,
KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,
minyak atsiri, gas-gas yang larut.
Berdasarkan
pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a.
Zat-zat yang atsiri,
misalnya etanol, minyak atsiri
b.
Zat yang terurai, misalnya
Natrii bicarbonas
c.
Saturatio
d.
Senyawa – senyawa calsium,
misalnya aqua calcis
5.
Salting
Out.
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut
tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama,
akan menyebabkan penurunan kelarutan zat
utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
a.
Kelarutan minyak atsiri
dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan
minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan
memisah.
b.
Reaksi antara papaverin Hcl
dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.
6.
Salting In.
Salting in adalah adanya zat terlarut
tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2)
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum
(terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
7.
Pembentukan
kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya :
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI + I2
à KI3
HgI2 + 2KI
à K2HgI4
Kecepatan
kelarutan dipengaruhi oleh :
§
Ukuran partikel ; makin
halus solute, makin kecil ukuran
partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent,
solute makin cepat larut.
§
Suhu ; umumnya kenaikan suhu
menambah kelarutan solute.
§
Pengadukan.
C. Cara Mengerjakan Obat Dalam
Larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara
khusus dalam melarutkannya. diantaranya adalah :
1.
Natrium bicarbonas, harus
dilakukan dengan cara gerus tuang (aanslibben)
2.
Natrium bicarbonas +
Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang , kemudian ditambah natrium
salicylas.Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus
ditambahkan Natrium pyrophosphat
sebanyak 0,25 % dari berat larutan.
3.
Sublimat (HgCl2),
untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam
air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan
sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya.
Kadar Sublimat dalam obat mata
1 :4000
4.
Kalium permanganat (KMnO4),
KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan . Pada proses pemanasan akan
terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa
dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas
wol .
5.
Seng klorida,, melarutkan
seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring . Karena jika airnya
sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut
dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian
air kemudian tambahkan asam salisilat
dan sisa air baru disaring.
6.
Kamfer, kelarutan dalam
air 1: 650. Dilarutkan dengan spiritus
fortior ( 96 % ) 2 X berat kamfer dalam
botol kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus ,
kocok lagi.
7.
Tanin, tanin mudah larut
dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi
yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya
dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan
gliserin, larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
8.
Extract opii dan extract
ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan
selama ¼ jam.
9.
Perak protein, dilarutkan
dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam , di tempat yang gelap.
10.
Succus liquiritiae,
a.
dengan gerus tuang
(aanslibben), bila jumlahnya kecil.
b.
dengan merebus atau
memanaskannya hingga larut.
11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan
dalam air 1 : 20
Bila jumlah air
cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi.
Bila air tidak
cukup disuspensikan dengan
penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
12.
Codein :
a.
direbus dengan air 20 X nya,
setelah larut diencerkan sebelumdingin.
b.
dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera encerkan
dengan air.
c.
diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
13. Bahan-bahan
obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.
14. Bila
terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang
diambil paling sedikit adalah 2 CC
15. Pepsin,
tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin
hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16.
Nipagin dan Nipasol,
kelarutan 1 : 2000
Nipagin berfungsi
sebagai pengawet untuk larutan air
Nipasol berfungsi
sebagai pengawet untuk larutan minyak
a.
dilarutkan dengan
pemanasan sambil digoyang-goyangkan
b.
dilarutkan dulu dengan
sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol,
diambil fenol liquefactum yaitu larutan
20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 x
jumlah yang diminta.
D. Macam – Macam Sediaan
Larutan Obat
Bentuk sediaan larutan
berdasarkan cara pemberiannya dibedakan
atas :
Larutan oral
Yaitu sediaan cair yang
dibuat untuk pemberian oral , mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa
bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
1.
Potiones
(obat minum)
Adalah
solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain
berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.
2. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung
bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga
memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air -
etanol.
Disini
etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula
ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti
gula bisa digunakan sirup gula.
3. Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :
a.
sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin
0,25 % b/v
b.
sirup obat mengandung satu
atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan
c.
sirup pewangi tidak mengandung
obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini
bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent.
a.
Netralisasi adalah obat
minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi
selesai dan larutan bersifat netral
Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas Ammonicus
Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan
bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
b.
Saturatio adalah obat
minum yang dibuat dengan mereaksikan
asam dengan basa tetapi gas yang
terjadi ditahan dalam wadah sehingga
larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :
1.
Komponen basa dilarutkan
dalam 2/3 bagian air yang tersedia.
Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
2.
Komponen asam dilarutkan
dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
3.
2/3 bagian asam masuk basa,
gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera
tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
c.
Potio Effervescent adalah saturatio
yang CO2nya lewat jenuh.
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan
pada saturatio.
Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati-hati, segera
tutup dengan sampagne knop.
Gas CO2
umumnya digunakan untuk pengobatan,
menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimaksudkan untuk
menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Hal yang harus
diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
-
diberikan dalam botol yang
kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus atau
karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
-
Tidak boleh mengandung bahan
obat yang tidak larut , karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan
botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan
–bahan.
§ Zat – zat yang dilarutkan dalam
bagian asam
a. Zat netral dalam jumlah kecil.
Bila jumlahnya banyak, sebagian
dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan
perbandingan jumlah airnya.
b. Zat-zat mudah menguap.
c. Ekstrak dalam jumlah kecil
dan alkaloid
d.
Sirup
§ Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.
a.
Garam dari asam yang sukar
larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
b.
Bila saturasi mengandung
asam tartrat maka garam-garam kalium dan ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya,
bila tidak, akan terbentuk endapan kalium atau
ammonium dari asam tartrat.
Untuk melihat
berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat tabel penjenuhan (
saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V)
Untuk 10 bagian
|
Asam Amygdalat
|
Asam Asetat Encer
|
Asam Sitrat
|
Asam Salisilat
|
Asam Tartrat
|
Ammonia
|
8,9
|
58,8
|
4,1
|
8,1
|
4,41
|
Kalium Karbonat
|
-
|
144,7
|
10,1
|
20,0
|
10,9
|
Natrium Karbonat
|
-
|
69,9
|
4,9
|
9,7
|
5,2
|
Natrium Bikarbonat
|
18,1
|
119,0
|
8,3
|
16,4
|
8,9
|
Ammonia
|
Kalium Karbonat
|
Natrium karbonat
|
Natrium Bikarbonat
|
||
Asam Amygdalat
|
11,2
|
-
|
-
|
5,5
|
|
Asam Asetat (e)
|
1,7
|
0,7
|
1,43
|
0,84
|
|
Asam Sitrat
|
24,0
|
9,9
|
20,4
|
12,0
|
|
Asam Salisilat
|
12,3
|
5,0
|
10,4
|
6,1
|
|
Asam Tartrat
|
22,7
|
9,2
|
19,1
|
11,2
|
5. Guttae ( drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan
cair berupa larutan, emulsi atau suspensi , apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat
dalam. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku
yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia.
Biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan
langsung kedalam mulut.
Dalam perdagangan dikenal pediatric
drop yaitu obat tetes yang digunakan
untuk anak-anak atau bayi .
Obat tetes sebagai obat luar, biasanya
disebutkan tujuan pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk
telinga.
Larutan
topikal
Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air
tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal
pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang
berupa suspensi disebut lotio
Sedian-sedian
termasuk larutan topical :
1.
Collyrium
Adalah
sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus, digunakan
untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Kolirium
dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan kedalam
wadah, tutup dan sterilkan.
Penyimpanan
: Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
Catatan
:
§ Pada etiket harus tertera :
a.
Masa penggunaan setelah
tutup dibuka.
b.
“ Obat cuci mata”
§ Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan
paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung
pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
2. Guttae
Ophthalmicae.
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk
suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi atau goresan pada kornea.
Hal –hal yang perlu diperhatikan pada
pembuatan obat tetes mata :
a.
Nilai isotonisitas.
Secara ideal obat tetes mata harus
memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih
dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6
% b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 % b/v.
b.
Pendaparan
Salah satu maksud pendaparan larutan
obat mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan
lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan
dan stabilitas obat. Selain itu
penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu
misalnya : garam – garam alkaloid.
Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti pada air mata, tetapi karena beberapa
bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/ mengendap) pada pH tersebut maka
sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH sedekat mungkin dengan pH air mata
supaya tidak terlalu merangsang mata.
Pada larutan yang digunakan pada
mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas adalah yang paling penting, untuk
mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
c. Pengawet
Wadah larutan obat mata harus
tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Larutan harus mengandung zat atau campuran zat
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang
mungkin masuk pada waktu wadah dibuka
pada saat digunakan.
Pengawet yang
dianjurkan :
§ nipagin dan nipasol
§ fenil merkuri nitrat, timerosol
§ benzalkonium klorid
§ klorbutanol, fenil etil alcohol
Untuk penggunaan pada pembedahan ,
selain steril larutan obat mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat
menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
d. Pengental
Ditambahkan untuk
meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan.
Larutan obat mata yang dikentalkan harus
bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil selulosa, hidroksi
propil selulosa, polivinil alcohol
Cara pembuatan obat tetes
mata
a.
Obat dilarutkan kedalam
sal;ah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet , dijernihkan
dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
b.
Obat dilarutkan kedalam
cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet dan disterilkan
menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan
tutup rapat
c.
Obat dilarutkan kedalam
cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan
dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup rapat dan sterilkan
dengan penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98- 100oC selama
30 menit.
3. Gargarisma
(Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah
sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu
sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan.
1.
Petunjuk pengenceran sebelum
digunakan
2.
“ Hanya untuk kumur, tidak ditelan
“
Contoh : Betadin
Gargle.
4. Litus Oris.
Oles
Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
Contoh : Larutan
10 % borax dalam gliserin.
5. Guttae Oris
Tetes mulut adalah obat tetes yang
digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk
dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
6. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat
ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral
tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
7. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot
hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran
pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga
dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi
merupakan larutan dalam air atau gas. ( akan dibahas lebih lanjut dikelas III)
Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada
etiket harus tertera “ Kocok dahulu”
8.
Injectiones / obat suntik. (dibahas dikelas III)
9.
Lavement / Clysma / Enema.
Cairan yang pemakaiannya per
rectum/colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik Enema yang
digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih faeces sebelum operasi, tidak
boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi
sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic dan
lain-lain. Dalam hal ini untuk
mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap usus , dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli. Pada pemakaian per
rectal berlaku dosis maksimal.
Enema diberikan dalam
jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan penderita. Umumnya 0,5 sampai 1
liter, tetapi ada juga yang diperpekat
dan diberikan sebanyak 100 – 200 ml.
10. Douche.
Adalah larutan dalam air yang dimasukkan
dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam bentuk kering/padat
(serbuk, tablet yang kalau
hendak digunakan dilarutkan dalam sejumlah air tertentu, dapat juga
diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan seperlunya. Contoh Betadin
Vaginal Douche (dikemas beserta aplikatornya)
11.
Epithema
/Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk
mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat yang sakit dan panas karena radang
atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan
luka bernanah. Contoh : Liquor Burowi,
Solutio Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.
E. Hitungan
Farmasi
Farmakope Indonesia Edisi IV memberikan 3 bentuk persen yaitu :
1.
Persen bobot per bobot (b/b)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram campuran atau larutan.
2.
Persen bobot per volume
(b/v)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml
larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
3. Persen volume pervolume (v/v)
Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan. Pernyataan persen
tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat , yang
dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan
yang dimaksud adalah b/v dan untuk larutan cair di dalam cairan yang dimaksud
adalah v/v dan untuk larutan gas dalam
cairan yang dimaksud adalah b/v.
¨
Perhitungan
Etanol.
Yaitu
mengubah atau mengencerkan kadar etanol yang lebih tinggi menjadi kadar yang
lebih rendah .
Perlu diketahui bahwa apabila kita mencampur 2 larutan yang berbeda berat jenisnya (termasuk
etanol/spiritus ) akan terjadi penyusutan volume yang disebut dengan kontraksi.
Spiritus
atau etanol adalah campuran alkohol absolut dengan air. Umumnya dinyatakan dalam persen b/b atau v/v,
sehingga :
1.
100 gram etanol 0 % b/b artinya larutan mengandung
alkohol absolute 0/100 x 100 gram = 0 gram
air 100 gram – 0 gram = 100 gram
2.
200 cc etanol 70 % v/v
artinya larutan mengandung
alkohol absolute 70/100 x 200 cc = 140
cc
air bukan 200 cc – 140 cc = 60 cc, tetapi lebih besar dari 60 cc (hal ini dapat dihitung)
3.
200 cc etanol 70 % b/b,
jumlah alkohol absolute tidak bisa langsung dihitung. Disini harus kita
sejeniskan terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dapat dipergunakan tabel pada Farmakope edisi IV
etanol 70 % b/b = etanol 76,91 % v/v =
BJ 0,8658
Volume larutan = 200 cc
alkohol absolut = 76,91/100 x 200 cc = 153,82 cc
Berat larutan = 0,8658
x 200 cc = 173,16 gram
Alkohol absolut = 70/100 x 173,16 g =
121,21 gram
Berat air = 173,16 g – 121,21 g = 51,95 gram
Latihan .
1.
500 gram etanol 95 % b/b ,
berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
Jawab :
alkohol
absolute = 95/100 x 500 gram = 475gram
95
% b/b = 96,79 % v/v
= BJ
0,8020
500/0,8020 = 623,44 cc,
alkohol absolut = 96,79/100 x 623,44 cc
= 603,42 cc
2.
1 liter etanol 77,79 % v/v,
berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
Jawab :
Alkohol
absolute = 77,79/100 x 1000 cc = 777,9 cc
77,79
% v/v = 71 % b/b
= BJ
0,8634
Berat
larutan = 0.8634 x 1000 = 863,4 gram
Alk.
absolute = 71/100 x 863,44 gram = 613,04gram
3.
500 gram etanol 73,3 % v/v
berapa gram dan cc alkohol absolutnya ?
Jawab :
73,3 % v/v = 66 % b/b = 0,8753
alkohol absolute = 66/100 x 500 gram = 330 gram
volume larutan = 500/0,8753 = 571,23 cc
alkohol absolute = 73,3/100 x 571,23 cc
= 418,71 cc
4.
1 liter etanol 57 % b/b
berapa cc dan gram alkohol absolutnya
Jawab :
57
% b/b = 64,8 % v/v
= BJ
0,8964
alkohol
absolut = 64,8/100 x 1000 cc = 648 cc
Berat larutan = 1000 x 0,8964 = 896,4 gram
Alkohol
absolut = 57/100 x 896,4 g
= 510,95 gram
5.
800 cc etanol BJ 0,8364
Jawab :
BJ
0,8364 =
87,8 % v/v = 82 % b/b
Alkohol
absolut = 87,8/100 x 800 cc = 702,4
cc
Berat
larutan = 800 x
0,8364 = 669, 12 gram
Alkohol
absolut = 82/100 x 669,12 g
= 548,68gram
Kegunaan menghitung alkohol absolut adalah
untuk mencari kadar.
Contoh soal
:
Berapa % b/b kadar etanol yang diperoleh kalau kita mencampurkan 100 gram etanol 70 % v/v dengan air 200 cc ?
Penyelesaian :
100 gram etanol 70 % v/v =
62,44 % b/b à alkohol abs. 62,44/100 x 100 = 62,44 g
Kadar
campuran = 62,44/100+200 x 100 % =
20,81 % b/b
Atau menggunakan rumus :
B1 x K1 + B2
x K2 = B3 x K3
100 x 62,44
+ 200 x 0 = 300 x K3
K3 = 62,44/300
x 100 % = 20, 81 %
Apabila tabel yang dimaksud tidak ada dalam daftar maka harus
dilakukan interpolasi .
Cara :
Misalkan yang
hendak diketahui % b/b dan BJ etanol 90,5 % v/v.
Ambil 1 tabel
yang terdekat diatasnya. Dengan perbandingan biasa kita dapat membuat tabel baru.
BJ
0,8271
|
b/b
85,69
|
v/v
90
|
|||
0,5
|
1
|
0,0066
|
1,3
|
90,5
|
|
0,8337
|
86,99
|
91
|
Perbandingan 0,5/1 =1/2
% b/b= 85,69 + ( ½ x 1,3 )
=
85,69 + 0 65
= 86,34
BJ = 0,8271 + ( ½ x 0,0066 )
= 0,8271 + 0,0033
= 0,8304
Jadi etanol 90,5 % v/v = etanol 86,34 % b/b; Bj = 0,8304.
Latihan soal.
1.
Interpolasi dari BJ 0,9003
2.
Interpolasi dari 66,5 % b/b
3.
Tentukan % b/b, % v/v dan BJ
dari campuran :
1200
gram etanol 60 % v/v + 200 cc air
4.
Hitunglah % b/b, % v/v dan
BJ campuran :
100 gram spiritus dilutus + 100
gram air
5.
Hitung berapa gram air yang
ditambahkan pada campuaran
500 cc spiritus 96 % v/v + air
samapi 1 liter
6.
Dibutuhkan 1 liter spiritus
60 % b/b. Dalam persediaan kita mempunyai spiritus fortior. Berapa cc air yang
diperlukan
7.
Dibutuhkan etanol 40 % v/v
dalam persediaan terdapat 300 cc
spiritus fortior dan 200 cc spiritus dilutus.
8.
Tentukan BJ dari campuran
sama berat spiritus dilutus dan air
9.
Tentukan BJ dari campuran
sama volume spiritus dilutus dan air.
Contoh soal
kontraksi.
Dicampurkan 100 cc spiritus dilutus
dengan 100 cc air.
Berapa cc hasil yang akan didapat dan hitungkan
kontraksinya!
100 cc x 70 % v/v + 100
cc 0% v/v à ?
Berat campuran :
= (100
x 0,8837) g + 100 g à 88,37
+ 100
= 188,37 g
(x) % b/b
Etanol absolut :
= 62,44/100 x 88,37 = 55,18 g
Kadar
= 55,18/188,37 x 100 % = 29,29 % b/b
BJ
0,9545 (hasil interpolasi), maka volume sebenarnya (Volume praktis) = 188,37/0,9545 = 197,35 ml
Volume
teoritis = Vt = V1 + V2
=
100 ml + 100 ml
= 200
ml
Kontraksi
= Vt -
Vp
= 200 ml -
197,35 ml
= 2,65
ml
% kontraksi = 2,65/200 x 100 % = 1,33 %.
kontraksi tidak boleh lebih dari 3,6 %
Latihan soal
1.
Hitunglah kontraksi bila
dicampur etanol absolut dengan air sama jumlah volumenya
2.
Hitunglah kontraksi dalam %
jika dicampur 200 ml spiritus dilutus dengan 300 ml spiritus 95 % v/v
3.
Hitunglah kontraksi bila
dicampur masing-masing 100 g spiritus 95 % v/v, 100 g spiritus dilutus dan 200
g air.
¨
Hitungan
Pengenceran Bukan Etanol.
Hendak dibuat 300 gram larutan yang mengandung 10 % NaCl dengan
mempergunakan larutan yang mengandung 50 % NaCl. Berapa jumlah larutan 50 % yang harus dipakai dan berapa air yang
harus ditambahkan ?
Untuk
menyelesaikan soal ini , tentukan dulu :
1.
Mana bagian yang membentuk dan mana yang terbentuk.
2.
Komponen yang belum kita ketahui kita misalkan X
3.
Zat aktif yang membentuk
sama dengan yang terbentuk
4.
Berat zat yang membentuk
harus sama dengan yang terbentuk.
5.
Kalau terdapat selisih berat
antara zat terbentuk dengan yang membentuk maka selisihnya adalah zat penambah.
Jawab.
X
gram 50 % = 300
gram 10 %
Zat aktif (za) = 50/100 x X = 0,5
X
Z.A = 10/100 x 300 = 30
gram
0,5 X = 30
X = 30/0,5g = 60 gram
Zat penambah (air) = 300
- 60 = 240 gram
Latihan soal
1. Hitung berapa gram zat penambah diperlukan pada pembuatan 400 gram
campuran dengan kadar 20 %, bila yang
tersedia 200 gram zat 25 % dan zat 15% yang belum diketahui jumlahnya.
Jawab.
X g
x 15 % + 200
g x
25 % à 400 g x 20
%
Z.A (15/100 x X )
+ ( 25/100 x 200) à 20/100 x 400
Z.A 0,15 X + 50 = 80
0,15 X = 80 - 50
X = 30/0,15 = 200
Zat 15 % diambil sebanyak 200 gram
Zat penambah sebanyak
400 – ( 200 + 200 ) = 0 gram
2.
Hitung berapa gram larutan NaCl
40 % harus ditambahkan pada 10 gram larutan NaCl 10 % supaya diperoleh
100 gram larutan NaCl 20 % !
Jawab
:
( 10 g
x 10 % ) + ( X g
x 40 % ) à 100 g x 20 %
Z.A( 10/100x 10 )
+ 40/100 ( x X ) à 20/100 x 100
1 + 0,4 X
= 20
X = 20 - 1/0,4
X =
47,5
g
Larutan NaCl 40 % yang diambil 47,5 gram
Zat
penambah 100 -
( 10 + 47,5 ) = 42,5 gram
3. Hitunglah berapa gram larutan glukosa 15
% dan
glukosa 25 % harus ditambahkan
pada 200 gram larutan glukosa 20 %
supaya diperoleh 600 gram larutan glukosa 18 %
Jawab :
Glukosa
15 % = X
Glukosa 25 %
= (600 – 200 ) – X
X x 15
% +
(400-X) x 25 % + 200
x 20 %
à 600 x 18
%
0,15
X + 100 - 0,25 X
+ 40 = 108
0,15
X -
0,25 X = 108
- ( 100 + 40) - 0,1 X
= - 32
X = 32/0,1 = 320
Jumlah
glukosa 15 % 320 gram
Jumlah
glukosa 25 % 400 – 320 = 80
gram
4. 50 mg alkaloid belladon
dicampur dengan 1 gram extract belladon
yang mengandung 1,5 % alkaloid belladon. Berapa gram campuran extract belladon 1,3 % yang diperoleh dan berapa gram
zat penambahnya.
Jawab :
50
x 100 % + 1000 x 1,5
% à X
x 1,3 %
50 +
15 = 0, 013
X
X = 65/0,013 = 5000 mg
= 5 g
Campuran
yang diperoleh 5000 mg = 5
gram
Zat
penambah = 5000 – (1000 + 50) = 3950 mg
= 3,95 g
Tidak ada komentar:
Posting Komentar