Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung
partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair
steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam
larutan spinal .
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B. Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang
dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan
partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah
satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1.
Ukuran
partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan
linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya.
(dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya
tekan keatas cairan akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat
gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.
Kekentalan
(viscositas)
Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya
makin turun (kecil).
Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel
yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan,
gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “
STOKES “.
d 2 (
D - D 0
) g
V = -------------------------
h
|
Keterangan
: V =
kecepatan aliran
d
= diameter dari partikel
D =
berat jenis dari partikel
D 0 =
berat jenis cairan
g
= gravitasi
h =
viskositas cairan
3.
Jumlah
partikel (konsentrasi)
Apabila
didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut.
Benturan
itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4.
Sifat/muatan partikel
Dalam
suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka
kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan
sebagai kondisi suspensi dimana partikel
tidak mengalami agregasi dan tetap
terdistribusi merata. Bila partikel
mengendap mereka akan mudah tersuspensi
kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking
.
Kalau
dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari
partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang
tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat
diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan
mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan
zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental
ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan
pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
- Bahan pensuspensi dari alam
Bahan
pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut
atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago
atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut
bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, pH dan proses
fermentasi bakteri .
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu
percobaan :
-
Simpan 2 botol yang berisi
mucilago sejenis .
-
Satu botol ditambah dengan
asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.
-
Setelah beberapa hari
diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami
penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah
:
§ Acasia
( pulvis gummi arabici)
Didapat
sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9.
Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9
akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata.
Mucilago
gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom
ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga
dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet ( preservative).
§ Chondrus
Diperoleh
dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut
caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat
dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan
pengawet untuk suspensi tersebut.
§ Tragacanth
Merupakan eksudat
dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi,
untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth
lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi
saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
§ Algin
Diperoleh dari
beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk
garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah
mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan
pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %.
Golongan
bukan gom
Suspending
agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan
untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila
tanah liat dimasukkan ke dalam air
mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga
penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada
campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak
dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan
golongan karbohidrat.
2.
Bahan
pensuspensi sintetis
§ Derivat
selulosa
Termasuk dalam golongan ini
adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC),
hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama
tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini
menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk
melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi.
Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun , sehingga
banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan
pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator
dalam pembuatan tablet.
§ Golongan
organik polimer
Yang paling terkenal
dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) .Merupakan
serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak
mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik
diperlukan kadar ± 1 %.
Carbophol sangat
peka terhadap panas dan elektrolit. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
C.
Cara
Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode pembuatan suspensi.
Suspensi dapat dibuat secara
:
§ Metode
dispersi
Dengan cara
menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian
baru diencerkan.
Perlu diketahui
bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle,
hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk
yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan
sukarnya serbuk terbasahi tergantung
besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut
kontak ± 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
§ Metode
praesipitasi.
Zat yang hendak
didispersi dilarutkan dahulu dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut
organik diencer- kan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan terjadi
endapan halus dan tersuspensi dengan
bahan pensuspensi.
Cairan organik
tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2.
Sistem pembentukan suspensi
§ Sistem
flokulasi
Dalam sistem
flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
§ Sistem
deflokulasi
Dalam sistem
deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras
dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.
Partikel suspensi dalam
keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.
Sedimentasi yang terjadi
lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
3.
Sedimen terbentuk lambat
4.
Akhirnya sedimen akan
membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5.
Ujud suspensi menyenangkan
karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan
cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.
Partikel merupakan agregat
yang bebas.
2.
Sedimentasi terjadi cepat.
3.
Sedimen terbentuk cepat.
4.
Sedimen tidak membentuk cake
yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
5.
Ujud suspensi kurang
menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah
cairan yang jernih dan nyata.
D. Formulasi Suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2
kategori :
- Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
- Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
1.
Partikel diberi zat pembasah
dan dispersi medium
2.
Lalu ditambah zat
pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3.
Diperoleh suspensi flokulasi
sebagai produk akhir.
4.
Apabila dikehendaki agar
flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle
5.
Produk akhir yang diperoleh
ialah suspensi flokulasi dalam
structured
vehicle
Bahan pemflokulasi yang
digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk
partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan
negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan
positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat
monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat
pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium
trichlorida)
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1 : 1250), etil p. benzoat (1 : 500 ), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1 %
Disamping itu banyak pula
digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah
yang kecil, tidak toksik dan tidak
iritasi. Misalnya fenil mercuri
nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
E. Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume
sedimentasi
|
2. Derajat
flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspensi
deflokulasi ( Voc)
Derajat
Flokulasi =
3.
Metode
reologi
Berhubungan dengan
faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku
pengendapan, mengatur vehicle dan susunan
partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze –
thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan
cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi
perubahan ukuran partikel dan sifat
kristal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar